Peach part 1

Aku kenal Peach ni waktu dia jumpa aku nak minta sponsor untuk Annual Dinner Kolej dia. Peach ni student sebuah IPT kat sini ( alahh…korang mesti taunya ). She's very nice, body dia memang type yang aku nak telan jer….tak der ler tinggi sangat. Tapi cute tu yang aku geram tu.. Kena lak PR dia bagus, aku pun layan elok ler. Dia bagi tau aku dia dancer kat kolej dia, well anak load lagi, ada Satria sebijik.

Since dia jumpa aku nak minta sponsor tu, kitaorang selalu keluar makan-makan. Masa tu aku dah agak budak ni memang nak kena ni. Gaya sensual dia memang aku pun tak tahan, beberapa peristiwa yang meyakinkan aku dia memang dah nak sangat, cuma aku jer yang cool lagi. Tak der ler lebih-lebih, ayat mesti baik, kontrol dulu , cari waktu yang sesuai kan. Kena lak company aku setuju lak nak bagi tajaan sikit-sikit…So, aku ngan dia jadi rapat.

First time aku main ngan dia masa malam Dinner kolej dia. Masa tu, aku jadi wakil boss aku, as penaja majlis tu, so boss aku dijemput ler tapi dia tak dapat pergi ( rezki aku kot). Sebab Dinner tu dibuat kat hotel kat sini, so aku awal-awal lagi dah booking satu bilik coz aku dah tekad by hook or by crook aku nak lanyak si Peach ni. Malam tu aku pergi sorang jer coz Peach pegi dengan kawan-kawan kolej dia.

Malam tu Peach duduk semeja dengan aku, dia dengan baju ketat belahan dada yang menonjolkan bukitnya yang indah dengan skirt hitam pendek paras paha, menarik…. dan seksi. Dinner tu habis around 12 o'clock, then lepas semua Vip balik, diorang ada Phase two lak. ( aku tau, masa aku student pun kitaorang selalu buat dinner camni) . Lampu-lampu warna warni mula berkelipan, tak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Dejayy mula berteriak, "Dancing time, guys !!". Dan beberapa orang mula berjoget, Peach mula pegang dan tarik tangan aku untuk berjoget. Ternyata hot juga budak ni, gerakan-gerakan tubuhnya benar-benar meransangkan (memang nak kena main budak ni). Beberapa kali dua bukitnya yang kental itu digeser dan digoyang-goyangkan di dadaku dengan sengaja. Lebih kurang 1 jam kita berjoget, akhirnya kita stop dulu. Kita rest, borak-borak then minum-minum apa yang patut.

Kemudian lagunya diganti jadi slow and romantic. Peach terus tarik aku ke tengah dewan. Pinggang dan bontotnya membayang dengan indah di saat ia berjalan mendahuluiku. Nampak garis seluar dalam dan branya membayang dibalik pakaiannya yang ketat itu. Kurasakan halkumku bergerak menelan ludah. Ketika berada di tengah dewan kuraih pinggangnya dan ia tersenyum manis sambil meraih tanganku yang lain dan menggenggamnya, sedangkan tangannya yang lain bertenggek di bahuku. Kami menari sambil saling bertatap mata, seolah berusaha menyelami hati masing-masing.

"Bagai mimpi", bisikku perlahan.

"Kenapa ?" tanyanya sambil terus menatap wajahku.

"Seperti mimpi rasanya, menari dengan gadis secantik you". Peach hanya tersenyum.

Kemudian Peach melepaskan genggamannya pada tanganku dan meletakkan kedua tangannya itu lembut di kedua bahuku. Aku pun pindahkan juga tanganku ke pingganggnya. Kutatap matanya dalam-dalam, kutarik rapat pinggangnya dengan kedua tanganku hingga bahagian bawah tubuh kami melekat. Tak lama kemudian Peach merebahkan kepalanya di dada atasku dan memeluk erat leherku dengan kedua tangannya. Kami menari dengan berpelukan erat, mukaku merapat pada kepalanya sehingga dapat kuhirup harum bau rambutnya. Kurasakan sesuatu dari dalam tubuhku bergerak naik, rasa hangat menjalar di dalam tubuhku, naik ke kepalaku. Api berahi mulai menguasai otak dan tubuhku. Kedua tanganku bergerak turun dari pinggangnya menuju ke kedua bontotnya yang padat. Peach tidak bereaksi. Kami terus menari.

Semakin lama aku rasakan sesuatu di bahagian bawah tubuhku semakin lama semakin menegang. Aku sedikit was-was karena aku yakin Peach boleh merasakan sesuatu yang semakin menunjal-nunjal perutnya. Tetapi Peach tetap tidak menunjukkan suatu reaksi yang negatif.(ada can ler ni) . Akhirnya tanganku dengan lembut meramas-ramas bontotnya. Tak lama kemudian Peach menurunkan kedua tangannya ke pinggangku, menarik erat pinggangku, sehingga aku merasakan batangku yang semakin mengeras itu semakin tergesel denagan perutnya di saat kami bergerak menari.

Tak tahan lagi kudongakkan wajahnya yang tersandar di dadaku, Peach hanya menatapku tanpa reaksi, perlahan ku turunkan wajahku, bibirku mendekati bibirnya, perlahan kukecup bibirnya dengan ciuman ringan. Kutatap lagi wajahnya, kulihat matanya sedikit terpejam, kukecup lagi bibirnya, kali ini kubiarkan bibirku menempel lama sedikit. Bibir Peach bereaksi, kepalanya bergerak sedikit. Kesempatan itu tak kubiarkan, kucium bibirnya dengan sebuah french kiss yang dalam, bibir Peach membalas ciumanku dengan hangat, kami saling mengulum dan melumat bibir kami masing-masing. Kami seakan lupa dengan sekeliling kami, namun tak ada yang perlu dirisaukan karena suasana suram seperti ini semua orang tak ambil peduli hal orang lain. Masing-masing dengan keadaannya sendiri.

Ciuman kami semakin erat, perlahan kuselipkan lidahku ke dalam mulutnya mencari lidahnya, Peach menyambut lidahku dengan gerakan lidah di dalam mulutnya. Perlahan dengan kemas tapi lembut aku mula meramas-ramas lagi daging bontotnya yang pejal, sesekali menyelitkan jemariku untuk merasai alur dibelakangnya dengan tanganku. Peach mengalihkan tangannya dari pinggangku kembali ke leherku dan menariknya lebih erat lagi. Akhirnya aku melepaskan tautan bibirku. Peach mengeluh perlahan, aku lihat matanya semakin terkatup seolah tidak mempedulikan keadaan sekeliling lagi. Aku cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus dan tanganku mula mencari buah dadanya. Waktu aku mula meramas lembut buah dadanya, Peach cuma menggeliat senang di pelukanku, dan dia semakin menggesel-geselkan perutnya ke celah kelangkanmgku. Sesaat kemudian, dia berbisik,

"Zack, please . !".

Perlahan antara sedar dengan tidak, dalam kesuraman lampu Grand Ballroom tersebut, dan kelembutan irama romantis yang mendayu aku bawa Peach keluar sambil memeluk erat pinggangnya. Di dalam lif, aku sandarkan Peach ke dinding lif yang eksklusif itu, dan sekali lagi aku merapatkan bibirku ke bibirnya yang lembut. Lidah kami bertaut erat dan sesekali menyelit antara satu sama lain. Peach memaut erat leherku sementara tangan kiriku mula bermain di kedua bukitnya kiri dan kanan bergantian. Aku merasa kedua puncak itu semakin besar dan pejal. Manakala tangan kananku menjalar di pahanya dan semakin naik ke atas perlahan demi perlahan dan mengcengkam kemas cipapnya yang dah mula basah itu dengan erat. Peach mengalihkan bibirnya dari bibirku dan melepaskan keluhan panjang sambil tangannya semakin erat menarik leherku.

Sampai di atas, ku bawa Peach ke bilik dan membaringkannya ke katil sambil tidak melepaskan bibirku yang bermain di seluruh mukanya. Ku tenung mukanya dalam-dalam. Macam dah ada Green light, kumasukkan tanganku kedalam bajunya, kuelus lembut perlahan. Peach tetap diam, matanya terpejam-pejam. Akhirnya perlahan kulepaskan bajunya, kulihat branya yang hitam menutupi kedua bukitnya. Kutelengkupkan tanganku pada branya. Bukitnya yang besar itu kusentuh dan kuraba dengan lembut. Tak puas aku menyentuh hanya dengan telapak tangan, perlahan kuusap punggung tanganku pada bukit daging yang terbuka. Kudengar napas Peach semakin tak teratur dan suhu badannya semakin tinggi. Beberapa lama rabaan itu kulakukan, kemudian kumasukkan tanganku kedalam bra bagian kanan dan kukeluarkan pelan-pelan bukitnya.

Takjub mataku memandang, indahnyaaa, tak terkatakan dengan kata-kata. Putingnya yang merah jambu kecoklatan jelas dengan bukitnya yang putih. Dengan lembut kukecup bukit itu. Kemudian kumasukkan lagi tanganku kedalam bra sebelah kiri dan kukeluarkan pelan-pelan bukit sebelah kiri. Darahku berdesir, pemandangan begitu indah, begitu menggoda dan begitu mempesona. Perlahan kulepaskan branya, ah, aku tak tahan, Kudakap Peach, kucium bukit-bukitnya yang mengghairahkan itu. Kutempelkan kulitku pada kulitnya sementara terus kubelai bukit itu, punggung tanganku kugerakkan melingkari bukit itu kemudian dari puncak bukit ke lembahnya, ganti berganti.

Mulanya Peach hanya diam pasrah, tak lama kemudian kurasakan badannya mulai bergetar-getar, tahu-tahu tangannya memelukku erat dankemudian menempelkan bukitnya ke wajahku. Ku kulum dengan lembut puncak bukit Peach. Peach mendesah halus dan getaran badannya semakin keras kemudian badannya tiba-tiba bergetar lembut dan diam tak bergerak dengan mata terpejam. Tak lama kemudian Peach membuka matanya, tersenyum padaku, kemudian mengelus-elus rambutku kemudian mengelus lenganku bahkan kulit dadaku. Langsung kubuka bajuku, kusentuhkan kulitku dengan kulitnya, kami sama-sama bertelanjang dada, kurasakan sensasi yang luar biasa Perlahan kukecup bibirnya, ia membalas, aku pun mulai lagi menyentuhnya, merabanya dan mengelus seluruh permukaan kulitnya. Tak terasa tanganku semakin kebawah, akhirnya tanganku mengelus betisnya, terus mengelus pahanya.

Tubuhku kemudian bergerak menindihnya, kedua tangannya bergerak melingkari leherku, kembali kami berdua berciuman saling melumat bibir. Kuciumi dagunya, kugigit perlahan, tangan kananku bergerak meremas dengan lembut buah dadanya, bermain-main dengan tonjolan kecil di atasnya "Ohhhhhh…Zackk.."" Bibirku kemudian bergerak menelusuri pipinya ke arah telinganya, kucium dengan lembut cuping telinganya kemudian kujilat belakang telinganya. Peach merintih lirih, kedua tangannya meramas-ramas punggungku. Bibirku kemudian bergerak turun menelusuri batang lehernya yang putih mulus itu, dan terus turun ....turun....mencapai puting susunya, dengan hati-hati bibirku melumatnya selembut mungkin, karena aku tahu pada bagian inilah seorang wanita merasakan kenikmatannya yang terawal. Rintihan yang keluar dari mulutnya semakin mengeras, bibirku kembali bergerak turun, kini menelusuri perutnya, menjilat pusatnya.

Kemudian dengan perlahan kubuka skirtnya. Kutatap wajahnya, matanya terpejam dengan kepala sedikit mendongak ke samping, kedua tangannya mencengkam kemas cadar katil. Aku tolak skirtnya ke atas hingga terpampang dengan jelas di depan mataku keindahan tubuh bahagian bawahnya yang hampir telanjang itu. Pahanya begitu putih dan mulus, kedua betisnya ditumbuhi bulu-bulu halus.

Aku tarik tubuh munggil itu ke hujung katil, aku duduk di antara kedua kakinya yang kugantungkan di atas kedua pahaku. Kuangkat kaki kirinya, Peach membuka matanya perlahan-lahan menatapku. Sambil menatapnya kucium betisnya dan bergerak perlahan menelusuri ke atas, dan semakin ke atas.... hingga di bagian dalam pahanya, terdengar erangan dari mulutnya, otot pahanya meregang ...... kugeser tubuhku mukaku tepat di depan lubang cipapnya . Dan dibalik tipisnya triumph pink segitiganya, samar-samar kulihat bulu-bulu yang ditrim rapi. Saat kuusap segitiga tersebut, aku mendengar Peach mendesah,

"Ohhh, Zack..Pleasee…"

Aku tak tahan, skirt Peach kulepaskan. Kuteruskan usapanku, desahan Peach semakin menjadi, akhirnya kumasukkan tangan kananku ke dalamnya dan menyentuh bulu-bulu serta lembah yang basah. Kugerakkan tanganku menyusuri lembah tersebut sehingga menyentuh clitnya, Peach menggeletar dan menjerit lirih. "Aahhhhhhhhhhhh…"

Tak puas dengan satu tangan, penutup tubuh Peach yang terakhir aku buka, Peach mengangkat punggungnya untuk memudahkan gerakanku. Didepanku terpampang cipapnya yang indah, rambut halusnya berwarna coklat kehitaman. Dengan ibu jari dan telunjuk kubuka lembah tersebut, terlihat bibir-bibir berwarna merah muda. Kemudian tanganku menyusuri bibir-bibir tersebut dengan lembut, Peach hanya mendesah. Tanganku menelusuri bibir-bibir tersebut kemudian ke clitnya, tiap kali tanganku menyentuk clitnya Peach hanya menggeletar dan mendesah. Kulakukan hal ini berulang-ulang bahkan kugunakan kulit sepanjang lenganku untuk menyusuri bibir tersebut sampai suatu saat Peach menjadi liar, dia menarik kepalaku dan membenamkannya di cipapnya. Karena tanganku tidak dapat digunakan sementara darahku sudah mengelegak, aku menggunakan mulut dan lidahku untuk menyusurinya. Ternyata Peach semakin menggila sampai kemudian cipapnya banjir, saat itulah Peach terdiam mengejang.

Aku tak tahan, kulepaskan tangannya, kulepaskan seluruh pakaianku, kulepaskan seluar dalamku, sesuatu yang sudah menegang dari tadi dan berdiri mendongak ke atas bebas dari sarangnya. Kemudian kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuhnya, kutempelkan batangku melintang di cipapnyat. Kudakap erat tubuhnya, tak lama kemudian kurasakan getaran lembut tubuh Peach. Kukecup lembut bibirnya dan tanganku mulai lagi menelusuri setiap lekuk liku tubuh Peach. Peach memelukku, dan mulai kurasakan bibir-bibir cipapnya berdenyut-denyut memamah batangku. Aku diam sejenak untuk bernafas kemudian kugeser-geserkan batangku pada cipapnya, dia tergetar dan mulai turut menggerakkan punggungnya, beberapa saat kemudian kulepaskan ciuman pada bibirnya, kutatap wajahnya.Butir-butir keringat mulai membasahi wajahnya, warna putih wajahnya sudah menjadi merah muda, matanya yang sayu menatapku, memancarkan sinar yang khas dari seorang wanita yang sudah di ambang penyerahan diri ke dalam gelombang samudera birahi.

Peach kemudian menarik wajahku dan mencium lembut bibirku. Sesaat kemudian ia menaikkan kedua lututnya hingga di sisi pinggangku, kedua tangannya memeluk pinggangku. Dan sesaat kemudian tanganku bergerak membimbing batangku.... perlahan kudorong hingga bagian kepalanya menyentuh cipapnyaa.... kutatap wajahnya, sedang menggigit bibir. Kugoyangkan sedikit menyibak belahan cipapnya ... ia menahan napas. Ujung kepala batangku kini kurasa sudah berada di tempat yang tepat, kulepaskan genggaman tanganku ... kudorong perlahan ...Kukulum mulut Peach rapat. Mata Peach hanya terpejam-pejam dan dari kerongkonganya terdengar suara yang tidak jelas. Ketika baru kepala batangku masuk, Peach hanya mencelikkan matanya seakan-akan sukmanya terbang entah kemana.......

sori yer...ader call...nanti aku sambung lagi...


Nukilan